Kisah Paling Puitis! Batu Itu Menyimpan Rahasia yang Membuat Hati Terenyuh!
[Bahasa Indonesia] [Full Indonesian] Judul Episode: Ruri Rocks Episode 10 - Gema yang Patah Teaser Saat panggung festival musik terbesar di kota semakin dekat, sebuah melodi dari masa lalu yang terkubur mengancam untuk menghancurkan segalanya.
Di bawah gemerlap lampu panggung, persaingan bukan lagi sekadar tentang musik, tetapi tentang janji yang terlupakan, persahabatan yang hancur, dan sebuah kebenaran yang tidak pernah diungkapkan.
Azure Meltdown berada di ambang kesuksesan atau kehancuran total, dan kunci dari keduanya terletak pada sebuah lagu yang seharusnya tidak pernah dimainkan lagi.
Apa yang akan terjadi ketika gema yang patah dari masa lalu kembali bergema? Karakter Penting Ruri Hoshino: Vokalis utama dan gitaris dari band Azure Meltdown.
Ruri adalah jantung dari band tersebut, seorang musisi yang bersemangat dan idealis yang percaya bahwa musik adalah sarana untuk menghubungkan emosi dan jiwa.
Motivasinya adalah untuk membuktikan bahwa musik yang tulus dan penuh perasaan dapat mengalahkan teknik yang sempurna namun dingin.
Dalam episode ini, kepercayaan dirinya goyah di bawah tekanan hebat, memaksanya untuk mempertanyakan esensi dari musiknya sendiri.
Kaito Tanaka: Drummer Azure Meltdown yang pendiam dan dapat diandalkan.
Sebagai teman masa kecil Ruri, motivasi utamanya adalah untuk mendukung Ruri dan bandnya mencapai impian mereka.
Namun, di balik sikap tenangnya, Kaito menyembunyikan masa lalu yang rumit dan menyakitkan yang menghubungkannya langsung dengan saingan terbesar mereka.
Beban rahasia ini membuatnya terpecah antara loyalitasnya kepada bandnya saat ini dan rasa bersalahnya atas peristiwa di masa lalu.
Akira Kurogane: Antagonis utama episode ini.
Vokalis dan gitaris jenius dari band saingan, Crimson Requiem.
Akira adalah seorang perfeksionis musik yang memandang musik sebagai kompetisi di mana hanya keterampilan teknis dan kekuatan yang penting.
Dia percaya emosi adalah kelemahan.
Motivasinya untuk menang dengan cara apa pun berasal dari pengkhianatan dan kekecewaan mendalam di masa lalunya, yang telah mengubahnya menjadi sosok yang sinis dan kejam.
Yuki Akiyama & Ren Ishida: Bassis dan kibordis Azure Meltdown.
Yuki adalah perekat sosial band, selalu optimis dan berusaha menjaga keharmonisan.
Ren adalah ahli strategi musik, fokus pada aransemen dan detail teknis.
Keduanya berperan sebagai pilar pendukung bagi Ruri dan Kaito, tetapi ketidaktahuan mereka tentang rahasia Kaito menciptakan keretakan yang tak terlihat di dalam band.
Rangkaian Adegan Penting Latihan yang Penuh Ketegangan: Episode dibuka di studio latihan yang remang-remang.
Azure Meltdown sedang mencoba menyempurnakan lagu baru mereka untuk babak penyisihan festival Tokyo Overdrive.
Namun, ada yang salah.
Permainan mereka terasa mekanis dan tanpa jiwa.
Ruri, yang bertanggung jawab atas liriknya, frustrasi karena mengalami kebuntuan kreatif.
Dia merasa lagunya tidak memiliki hati.
Ren, dengan logikanya, menyarankan perubahan progresi akor, tetapi Ruri menolaknya dengan tajam, berteriak bahwa musik bukanlah soal matematika.
Kaito mencoba menengahi, tetapi tatapan Ruri yang penuh kekecewaan membuatnya terdiam.
Suasana di studio menjadi sangat tegang, meninggalkan latihan berakhir dengan nada pahit.
Konfrontasi di Bawah Neon: Untuk mencari inspirasi, para anggota band mengunjungi sebuah toko musik di distrik Shibuya.
Secara kebetulan, mereka bertemu dengan rival mereka, Crimson Requiem.
Akira Kurogane, dengan senyum mengejek, langsung mendekati mereka.
Dia meremehkan musik Azure Meltdown sebagai jeritan emosional anak-anak dan menyatakan bahwa di panggung profesional, hanya teknik yang sempurna yang akan menang.
Dia kemudian menatap langsung ke arah Kaito dan berkata dengan nada dingin, Beberapa orang tidak pernah belajar dari kegagalan mereka, kan, Kaito? Ucapan misterius ini membuat Ruri, Yuki, dan Ren bingung, tetapi jelas sekali menusuk Kaito, yang hanya bisa mengepalkan tangannya dalam diam.
Malam Penuh Keraguan: Kata-kata Akira menghantui Ruri.
Dia duduk sendirian di kamarnya, dikelilingi oleh kertas lirik yang diremas.
Dia mulai meragukan filosofi musiknya.
Apakah semangatnya benar-benar sebuah kenaifan? Di tengah keputusasaannya, Kaito mengiriminya pesan, mencoba menyemangatinya.
Namun, Ruri merasakan ada sesuatu yang disembunyikan Kaito.
Ketegangan antara mereka terasa nyata, menciptakan jarak emosional untuk pertama kalinya sejak mereka membentuk band.
Rahasia yang Terungkap: Sementara itu, Yuki, yang merasa khawatir dengan dinamika band dan komentar aneh Akira, melakukan pencarian di internet.
Dia menemukan sebuah blog musik lama dari beberapa tahun yang lalu.
Di sana, dia menemukan sebuah foto mengejutkan: seorang Kaito dan Akira yang jauh lebih muda, tersenyum bersama anggota band lain, di bawah nama Aethelred.
Merasa terkejut, Yuki mengkonfrontasi Kaito.
Terpojok, Kaito akhirnya mengaku.
Dia dan Akira adalah sahabat pena dan anggota pendiri Aethelred.
Mereka sangat bersemangat tentang musik, tetapi semuanya hancur ketika mereka kalah telak dalam sebuah kompetisi penting.
Kekalahan itu menghancurkan Akira, membuatnya percaya bahwa musik mereka yang penuh perasaan adalah penyebab kegagalan mereka.
Dia menyalahkan Kaito karena terlalu idealis, dan persahabatan mereka berakhir dengan pahit.
Kaito telah membawa beban rasa bersalah ini sendirian sejak saat itu.
Akhir Cerita dan Momen Dramatis Malam babak penyisihan festival tiba.
Suasana di belakang panggung sangat berat.
Pengakuan Kaito masih menggantung di udara, menciptakan keretakan antara anggota Azure Meltdown.
Mereka menonton dari monitor saat Crimson Requiem naik ke panggung.
Penampilan mereka persis seperti yang digambarkan Akira: presisi teknis yang menakjubkan, sempurna, tetapi terasa dingin dan tanpa jiwa.
Para juri dan penonton terpesona oleh keterampilan mereka.
Kini giliran Azure Meltdown.
Saat nama mereka dipanggil, Ruri hampir tidak bisa bergerak.
Keraguan dan ketakutan melumpuhkannya.
Dia berjalan ke tengah panggung seolah dalam keadaan linglung.
Lampu sorot menyilaukannya.
Dia menatap kerumunan yang tak berwajah, lalu matanya bertemu dengan Kaito di belakang set drumnya.
Kaito tidak tersenyum, tetapi tatapannya penuh dengan permohonan maaf, kepercayaan, dan semua sejarah mereka bersama.