Akhir Sang Abadi? Kekuatan Misterius Ancaman Terbesar! Akankah Ia Bertahan?!
[Bahasa Indonesia] [Full Indonesian] Judul: Renegade Immortal (Xian Ni) Episode 105: Pengadilan Terakhir di Lautan Bintang yang Sunyi Teaser Setelah 400 tahun dendam yang membara, perburuan akhirnya mencapai titik akhir.
Di sebuah planet terpencil yang hancur, sang pemburu dan mangsanya akan menentukan takdir mereka.
Wang Lin, yang dipenuhi kebencian sedalam tulang, telah menjebak musuh bebuyutannya.
Namun, bisakah kekuatan Ranah Ji miliknya yang menentang surga benar-benar menghancurkan seorang kultivator Transformasi Jiwa yang legendaris? Babak balas dendam ini akan ditutup dengan darah dan jiwa, dan harga yang harus dibayar mungkin lebih besar dari yang pernah dibayangkan.
Karakter Penting Wang Lin: Peran: Protagonis utama dan sang algojo dalam episode ini.
Setelah menyaksikan seluruh klannya dibantai oleh Keluarga Teng, Wang Lin telah mendedikasikan hidupnya selama berabad-abad untuk satu tujuan: balas dendam.
Dia bukan lagi pemuda naif dari desa, melainkan seorang kultivator berhati dingin yang telah memahami ranah konsep hidup dan mati.
Motivasi: Balas dendam kesumat yang tak terpadamkan terhadap Teng Huayuan.
Setiap langkah, setiap peningkatan kekuatan, dan setiap tetes darah yang ia tumpahkan adalah untuk hari ini.
Dia bersedia mengorbankan segalanya bahkan umurnya sendiri untuk memastikan musuhnya menderita nasib yang lebih buruk dari kematian.
Teng Huayuan: Peran: Antagonis utama dan target balas dendam Wang Lin.
Sebagai seorang leluhur dari Keluarga Teng dan kultivator tahap Transformasi Jiwa, dia adalah sosok yang sangat kuat dan dihormati di Planet Suzaku.
Awalnya, dia memandang pembantaian klan Wang sebagai insiden sepele yang tidak layak diingat.
Motivasi: Di episode ini, motivasinya berubah drastis dari arogansi menjadi keputusasaan untuk bertahan hidup.
Terjebak dalam perangkap Wang Lin dan dihadapkan pada kekuatan yang tidak dapat dia pahami, satu-satunya tujuannya adalah melarikan diri dan bertahan hidup dari pemuda yang dulu ia anggap sebagai semut.
Situ Nan (Disebutkan secara implisit): Peran: Mentor jiwa Wang Lin yang bersemayam di dalam Mutiara Penentang Surga.
Meskipun dia tidak muncul secara fisik, ajaran, teknik, dan pengetahuannya adalah fondasi kekuatan Wang Lin saat ini.
Pertarungan ini adalah ujian akhir dari semua yang telah dipelajari Wang Lin di bawah bimbingannya, sebuah bukti bahwa sang murid kini mampu berdiri sendiri.
Rangkaian Adegan Penting Jebakan Sempurna: Episode dimulai di planet terpencil yang tandus dan tak bernyawa.
Teng Huayuan, setelah melarikan diri dari kejaran Wang Lin, akhirnya tiba di lokasi ini, berpikir dia telah berhasil lolos.
Namun, dia segera menyadari ada yang tidak beres.
Formasi susunan raksasa yang tak terlihat tiba-tiba aktif, menyegel seluruh planet.
Ekspresi arogansinya berubah menjadi kewaspadaan dan kemudian ketakutan saat dia menyadari bahwa dia tidak melarikan diri; dia telah digiring ke dalam sangkar kematian yang dirancang khusus untuknya.
Kemunculan Sang Malaikat Maut: Dari kehampaan, Wang Lin muncul.
Auranya benar-benar berbeda.
Dia tidak memancarkan tekanan spiritual dari kultivator Formasi Inti biasa.
Sebaliknya, dia memancarkan aura kematian dan pembusukan yang absolut.
Saat dia melangkah maju, tanah di bawah kakinya kehilangan vitalitas, bebatuan retak menjadi debu, dan ruang itu sendiri seolah meratap.
Ini adalah manifestasi dari Ranah Ji (Ji Realm) miliknya, sebuah domain konseptual di mana dia adalah dewa kehidupan dan kematian.
Dominasi Absolut Ranah Ji: Teng Huayuan, sebagai ahli Transformasi Jiwa, segera melancarkan serangan dahsyatnya.
Dia melepaskan harta sihirnya yang paling kuat dan teknik-teknik andalannya yang mampu meratakan gunung.
Namun, semua itu sia-sia.
Di dalam Ranah Ji milik Wang Lin, konsep-konsep itu dibalik.
Serangan magis yang kuat memudar menjadi ketiadaan sebelum mencapai Wang Lin.
Energi kehidupan Teng Huayuan mulai terkuras secara paksa hanya dengan berada di dekat Wang Lin.
Ketakutan yang belum pernah dia rasakan seumur hidupnya mulai merayap di hatinya saat dia menyadari perbedaan level kultivasi mereka tidak ada artinya di sini.
Siksaan Psikologis: Wang Lin tidak langsung membunuhnya.
Sebaliknya, dia menyiksanya secara mental.
Dengan suara dingin tanpa emosi, Wang Lin mengingatkan Teng Huayuan akan setiap anggota klan Wang yang dia bantai.
Dia memaksa Teng Huayuan untuk menghidupkan kembali kejahatannya, merasakan ketakutan dan keputusasaan yang sama seperti yang dirasakan oleh keluarga Wang Lin ratusan tahun yang lalu.
Ini bukan lagi pertarungan; ini adalah eksekusi ritualistik, sebuah pengadilan karma di mana Wang Lin adalah hakim, juri, dan algojo.
Kutukan Kematian: Saat Teng Huayuan benar-benar hancur secara mental dan spiritual, Wang Lin melepaskan teknik terlarangnya yang paling mengerikan: Seni Kutukan Kematian.
Dia mengorbankan sebagian besar masa hidupnya sendiri untuk menyalurkan kutukan yang tidak dapat dihindari.
Penonton menyaksikan dengan ngeri saat Teng Huayuan menua dengan cepat dalam hitungan detik.
Rambutnya memutih, kulitnya mengerut, dan basis kultivasi Transformasi Jiwanya yang agung runtuh seperti bendungan yang pecah.